Minggu, 14 Agustus 2011

Masa berdakwah Nabi Muhammad di Makkah

Masa berdakwah Nabi Muhammad di Makkah, Yang bermula beriman itu isterinya, Khadijah binti Khuwai lid; dan saudara sepuplmya yang masih belia, Ali bin Abithalib; dan mantan ibu pengasuhnya berdarah Ethiopia, Ummu Aiman; dan saudara~yasesusuan, Dhamrah bin Ummu Aiman; dan puterinya Zainab, yang kawin dengan Abul'ash bin Rabia dan ibu anakmuda itu saudara Khadijah binti Khuwailid; dan kedua putrinya Ruqayah dan Ummu Kaltsum, yang kawin dengan Utbah bin Abilahab dan Utbah bin Abilahab; dan bapa kedua anakmuda itu Abulahab memerintahkan kedua puteranya menceraikan isteri masing-masing, sewaktu Nabi Muhammad mulai mencela pemujaan Berhala menurut tradisi nenek;-moyang: Dan Abulahab itu, paman Nabi Muhammad, menjadi musuh paling sengit pada masa belakangan.

Masa berdakwah Nabi Muhammad di Makkah, Setelah dakwah bersipat terbuka maka beberapa tokoh terkemuka seumpama Abubakar Shiddiq, Utsman ibn Affan, Abdurrahman bin Auff, Thulhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan lainnya, segera memeluk agama baru itu; dan semuanya itu saudagar-saudagar hartawan yang rela mengorbankan kekayaannya bagi kepentingan agama Allah. Para pembesar Kurais tidak dapat berbuat apapun terhadap diri mereka itu, kecuali ejekan dan cemooh yang terus menerus beserta tunjuk hidung dan cibir bibir, karena satu persatunya punya suku.

Azas-hidup suku-suku Arab masa itu masih dikuasai oleh pepatah: "Bela saudaramu, walaupun berbuat kesewenangan maupun ditimpa kesewenangan," (Unshur akhaka, walau kana zhaliman aw mazhluman).

Tapi agama yang disebarkan Nabi Muhammad itu cepat meluas dalam lingkungan hamba-sahaya karena mereka menemukan hargadiri di dalam ajaran agarna Islam itu. "Yang paling mulia pada sisi Allah diantara kamu itu ialah yang paling Taqwa", (Al-Hujurat, 49: 13).

Mereka inilah yang paling menderita disebabkan siksaan tuannya masing-masing, seumpama Yasir bin Imar sekeluarga, Suhaib Al-Rumi sekeluarga, Bilal bin Rabbah sekeluarga, Khabab bin Arat sekeluarga, dan banyak lainnya. Ragam siksaan yang dilakukan itu sangat buas dan bengis sekali. Pada saat itulah para Sahabat Nabi yang hartawan itu mengorbankan hartanya untuk membeli hamba-hamba sahaya yang mukmin itu dan memerdekakannya.

Sedangkan ejekan dan cemooh beserta cibir bibir dan tunjuk hidung makin menjadi-jadi. Para mukmin itu melakukan kebaktian dan zikir terpaksa secara sembunyi-sembunyi di dalam rumah Arqam bin Abi Arqam pada pinggang bukit Shaffa.
Para pembesar Kurais di kota Mekkah mengambil siasat lain guna menghentikan kegiatan Muhammad. Mereka mengirim perutusan dipimpin Utbah bin Rabiah menjumpai Abuthalib ibn Abdilmuthalib, pemuka keluarga Hasyimi dewasa itu. Mereka mengajukan tiga saran. Pertama, jikalau Muhammad itu sebetulnya menginginkan kekayaan, mereka bersedia mengumpulkan hingga Muhammad itu menjadi paling kayaraya di kota Mekkam. Kedua, jikalau Muhammad itu sebetulnya menginginkan kebesaran, mereka bersedia mengangkatnya menjadi pemegang kekuasaan tertinggi di kota Mekkah. Ketiga, jikalau kejiwaan Muhammad sebetulnya tengah sakit, mereka bersedia mendatangkan tabib terpandai dari Jundishapur guna mengobatinya atas biaya mereka.

Hal itu disampaikan Abuthalib kepada keponakannya Abuthalib sendiri sampai kepada masa itu belum beriman, tapi sesuai dengan adat istiadat suku, ia tetap membela keponakannya itu. Sejarah mencatat jawaban Nabi Muhammad atas gagasan tersebut, berbunyi : "Andaipun mereka meletakkan matahari di kananku dan bulan pada kiriku, saya akan tidak menghentikan kewajiban ini, yang dibebankan Allah kepadaku;"
Jawaban Nabi Muhammad itu amat menjadi buahtutur dan amat tercatat dalam sejarah. Sejak saat itu bermla para pem besar Kurais mengambil tindakan-tindakan kekerasan, bahkan terhadap Nabi Muhammad sendiri, setelah mempertimbangkan setiap kemungkinan dengan masak-masak.

Pada saat kesewenang-wenangan terhadap para Mukmin telah makin mencapai puncaknya maka Nabi Muhammad mengizinkan siapapun untuk berangkat secara diam-diam menuju Ethiopia dibawah pimpinan Utsman bin Affan. Semuanya berjumlah 18 orang dan termasuk Ruqayah, isteri Utsman, puteri Nabi Muhammad. Selebihnya ingin tetap mendampingi Nabi Muhammad. Itulah yang dikenal dengan Hijrah Pertama ke Ethiopia pada tahun 616 M, tujuh tahun sebelum Hijrah Besar ke Yatsrib.

Mereka berangkat pada bulan Rajab tetapi tiga bulan kemudian, didalam bulan Syawal, pulang kembali ke Mekkah disebabkan beroleh berita bahwa Umar bin Khattab seorang tokoh Kurais terkemuka dan terpandang jagoan di kota Mekkah, telah memeluk agama Islam. Diperoleh berita bahwa pelaksanaan kebaktian, yang selama ini dilakukan secara diam-diam di rumah Arqam bin Abi Arqam di pinggang bukit Shaffa, kini telah dilakuan secara terbuka di lapangan Ka'abah semenjak Umar memeluk Islam.

Perikeadaan itu makin menyakitkan hati para pembesar Kurais seumumnya. Dalam suatu sidang Dar-al-Nadwa, majlis musyawarah kota Mekkah, diputuskan hukuman Kucil bagi Muhammad dan seluruh pengikutnya, menunjuk tempatnya pada syi'ab Shaffa menghentikan hubuugan nikah-kawin, melarang hubungan jual-beli kebutuhan dengan mereka itu. Tujuan putusan itu supaya semuanya mati kehausan dan kelaparan pada tempat pengucilan itu. Naskah keputusan pada rangkaian perkamen itu digantungkan pada dinding Ka'abah.

Semenjak Umar bin Khattab memeluk Islam, terbentuk kesatuan yang kuat pada pihak Penantang di Mekkah itu, dan telah memperhitungkan segala kemungkinan dengan masak-masak. Barisan angkatan muda Kurais lantas menghalaukan para Mukmin seluruhnya menuju syi'ab Shaffa untuk bermukim selamanya disitu dibawah pengawasan ketat. Turut ikut Abuthalib bersama keponakannya itu sekalipun dia sendiri satnpai saat itu masih saja belum beriman.

Buat tahun pertama, persiapan makanan dan air ,yang sempat diangkut menuju syi'ab Shaffa itu masih cukup, disamping mengharapkan air hujan. Tapi semuanya akan pasti segera habis menilik jumlah para Mukmin dewasa itu. Tersebab itulah Nabi Muhammad menganjurkan jumlah terbesar diantaranya, terdiri atas 119 mukmin, lelaki dan wanita dibawah pimpinan Jafar bin Abithalib, berangkat dengan diam-diam malamhari memanjat bukitbaru Abu Kubais dan lalu memutar menuju pantai Laut Merah, dan dari bandar Janbuk berlayar menuju Ethiopia. Itu]ah yang dikenal dengan Hijrah Kedua ke Ethiopia pada tahun 618 M, empat tahun sebelum Hijrah Besar ke Yatsrib. Hal itu dimungkinkan oleh karena pengawalan yang ketat itu lambatlaun makin longgar.
Belakangan hal itu diketahui pihak pembesar Kurais. Dar- al-Nadwa memutuskan mengirim perutusan, dibawah pimpinan Amru bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah, menghadap Negus Negusti Ashamah Abgar di ibukota Aksum, membawa berbagai jenis hadiah persembahan, guna menuntut kaum pelarian itu dipulangkan kembali ke Mekkah.
Di depan balai penghadapan Negus Negusti di ibukota Aksum berlangsung dialog sangat panjang. Jaafar menjelaskan perikeadaan yang sebenarnya. Negus Negusti Ashamah Abgar dan begitupun Patriarch Gariham bersikap melindungi Muhajirin Muslim itu, dan menolak tuntutan para pembesar Kurais di kota Makkah itu.

Itulah hubungan baik yang pertama kali antara pihak Nasrani dengan pihak Muslim. Perutusan Dar-al-Nadwa itu pulang kembali dengan tangan hampa. Hal itu makin menyakitkan hati para pembesar Kurais hingga pengawalan terhadap syi'ab Shaffa itu dilakukan lebih ketat dari masa-masa sebelumnya.

Pada tahun kedua, apa1agi pada tahun ketiga, penderitaan pihak Mukmin pada syi'ab Shaffa sudah dahsyat sekali. Hewan ternak dan unta telah habis disembelih.

Menderitakan kehausan dan kelaparan hingga telah memakan rumput-rumput kering dan kulit-kulit terompah dan perca-perca kain. Bunyi ratap-tangis dan raung mereka ma1amhari mengaum ke kota Mekkah. Hal itu lambatlaun membangkitkan santun dalam diri Hisyam bin Amru, yang rumahnya dekat syi'ab Shaffa, dan sering padajauh tengah -- malam, sewaktu para pengawal mengantuk dan
nyenyak, menghalaukan keledai berisikan bahan makanan ke arah syi'ab Shaffa.

Belakangan Hisyam bin Amru melakukan kasak-kusuk dengan Zuhair bin Abi-Umayyah yang ibunya adalah 'Atikah binti Abdilmuthalib, bibi Nabi Muhammad saw. Keduanya belakangan melakukan pendekatan terhadap Muth'in bin Adiya dan Abu Bakhtari bin Hisyam dan Zam'at bin Aswad. Kelima tokoh itu menginsafi kini bahwa keputusan Dar-al-Nadwa tiga tahun yang lampau itu sangat bengis. Atas prakarsa lima tokoh itu dalam sidang Dar-ad-Nadwa diputuskan mencabut kembali Hukum Kucil pada tiga tahun yang lampau itu. Sewaktu naskah parkamen berisikan Hukum Kucil itu digantunkan dari dinding Ka'abah ternyata telah rerak dimakan bubuk.

Nabi Muhammad dan para Mukmin pulang dari syi'ab Shaffa dalam keadaan kurus kering, tinggal kulit pembalut tulang, dijemput oleh keluarga masing-masing. Sebagiannya dipapah dan sebagiannya ditandu. Khadijah binti Khuwailid, isteri Nabi Muhammad; dan Abuthalib ibn Abdilmuthalib, paman Nabi Muhanlmad; keduanya meninggal dunia taklama sesudah puang dari syi'ab Shaffa itu.

Itulah masa-masa penderitaan yang paling pahit bagi para mukmin di kota Mekkah, dan bagi Nabi Muhammad sendiri. Pada saat yang teramat sedih itu, dengan kemangkatan isteri dan pamannya itu, Allah Maha Kuasa mendatangkan hiburan kepada Nabi Muhammad, dengan berlangsung peristiwa Israk dan Mikraj.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pelangsing Tubuh

Pesan Klik Gambar
(DTB + Bima)
Handphone :
087882483889
 
This Blog is proudly powered by Blogger.com | Template by Java Group